We The Fest akan hadir kembali di tahun 2018. We The Fest atau yang
biasa di sebut WTF merupakan festival musim panas tahunan yang acara perdananya
diadakan pada tanggal 24 Agustus 2014 di Parkir Timur Senayan. WTF menyajikan
banyak acara dalam festivalnya, seperti musik, seni, fashion, dan food.
Festival ini dicanangkan oleh event
organizer berinisial IL, yang dimana terkenal sukses menyelenggarakan
konser-konser penyanyi internasional dan festival musik. CEO atau founder EO tersebut mempunyai visi untuk
mengadakan musik festival bertema summer.
Seperti layaknya Coachella di
Amerika, Lolapaloza, atau Glastonbury yang ada di Inggris. Kata We
(kita) The Fest (festival) dipilih bertujuan untuk melibatkan orang seperti
merasa menjadi bagian dari festivalnya. (L-Magz Indonesia:2016)
Ada
apa sih di We The Fest?

Dengan menghadirkan
sederetan penyanyi Indonesia dan Internasional, DJ, dan acara yang seru
seperti; demo masak, games dari promotor, tentunya We The Fest sukses menarik
para anak muda usia 20-an untuk datang. Genre musik yang ditawarkan We The Fest
juga berbagai macam, seperti pop, rock, indie, hip hop dan electronic dance
music. Pada awal tahun debutnya, We The Fest sukses mendatangkan penyanyi Internasional
Ellie Goulding di acaranya. Penyanyi
yang pada tahun 2014 sedang naik-naiknya itu, sukses memikat para peminat
musiknya untuk datang ke acara We The Fest. Bukan hanya penyanyi Internasional,
We The Fest juga menghadirkan band indie yang juga musiknya banyak diminati,
salah satunya ialah Maliq & D’Essentials.
Festival musim panas ini
selalu melakukan pembaruan dan inovasi setiap tahunnya, yang pada awal acara
perdananya We The Fest menyediakan 2 stage
yang berbeda lokasi dengan pengelompokan musik. Namun pada tahun 2015 We The
Fest mempunyai pembaruan yaitu menambah 1 stage yang awalnya hanya Clown Cella
Stage dan Banana Palooza Stage, ditambah ART-Plugged Stage (Gadis:2015). We The Fest berupaya
menyediakan paket komplit dari segi musik, seni, fashion dan food. Tidak
heran banyak anak muda yang menyempatkan waktunya untuk mengikuti serangkaian
dari festival ini. Yang dapat kita amati, festival ini pasti terus mencari
peminat agar tetap sukses di tahun-tahun mendatang. Terbukti sampai saat ini We
The Fest sudah menyelenggarakan 4 tahun acaranya dari 2014 sampai yang terakhir
kemarin 2017. Pada tahun 2017 kemarin, We The Fest juga melakukan pembaruan,
yaitu dengan menyelenggarakan acaranya selama 2 hari. Dalam pemasarannya, We
The Fest memanfaatkan media sosial untuk menarik peminatnya seperti; Instagram dan Twitter.
Alur
penyelenggaraan We The Fest
Dalam penyelenggaraannya,
We The Fest mempunyai team yang solid. Dari CEO sampai team creativenya sangat
memperhatikan setiap detailnya. Sama seperti halnya dalam strategi
marketingnya, team festival We The Fest rutin melakukan komunikasi dengan para
pecinta musik festival baik di media sosial maupun promo di radio. Seperti yang
disampaikan oleh Kevin Wiyarnanda salah satu team dari EO IL pada saat
diwawancara oleh L-Magz, “Jadi event WTF ini sangat wide banget
opportunity-nya. Bisa brainstorm lebih baik lagi karena menyangkut music, art, and food. Jadi
kreatifitasnya bisa dikeluarkan banyak di event ini.”. Jadi intinya adalah
pihak IL melihat banyak peluang yang ada pada festival ini, dari segi acara,
pengisi acara, event dan games yang disajikan serta pilihan makanan yang ada. Alur
dari penyelenggaraan ini ialah dengan menunjukkan bahwa seseorang yang datang
ke festival ini bukan hanya penikmat, namun menjadi bagian dari festivalnya. Seperti
nama yang dipakai, We (kita) The Fest (festival).
Feedback
yang di dapat
Untuk festival musim
panas yang sudah berjalan 4 tahun ini
tentunya dapat dirasakan bagaimana feedback dari masyarakat yang datang. We The
Fest selalu menjaga komunikasi dan menampung masukan dari para festival people di social media. Mereka berinteraksi melalui Twitter dan Instagram,
seperti menanyakan “Siapa sih artis yang kalian tunggu di tahun 2018?”. Sesimple
pertanyaan itu, tapi We The Fest selalu berupaya untuk mengabulkan permintaan
orang banyak. Dari situ We The Fest bisa menjadikan bahan evaluasi dan target
kedepannya. Hal itu dilakukan demi melihat rasa excited untuk acara We The Fest
itu sendiri. Sehingga orang-orang yang datang ke We The Fest merasa puas dengan sajian yang sudah
mereka expect. Penyelenggaraan We The
Fest tiap tahunnya selalu melibatkan feedback-feedback
dan demand dari peminat. Maka dari
itu dibutuhkan evaluasi terus menerus secara continue agar para penggemar festival ini tidak jenuh. Apalagi saat
acara We The Fest di tahun 2017, Presiden Joko Widodo turut hadir dan ikut
serta untuk menikmati acara We The Fest. Presiden Jokowi mengaku ingin melihat
tren musik yang berkembang saat ini. Hal ini juga menjadi daya tarik sendiri
bagi penonton kala itu, Bapak Presiden hadir dan disambut langsung oleh Grup
Band Kodaline dan antusiasme penikmat
yang datang kala itu (Liputan6:2017). Ini dapat jadi peluang besar yang di dapat oleh We The
Fest dan menjadi sebuah kebanggaan.
Contoh Reaquest for Proposal (RFP)
Source:
http://news.liputan6.com/read/3055414/aksi-jokowi-menikmati-festival-musik-wtf
https://lmagzindonesia.wordpress.com/2016/06/23/interview-with-kevin-wiyarnanda-ismaya-live/
https://www.gadis.co.id/musik/we-the-fest-2015-